Saya Ini Intelejen !
UU Intelijen
yang disahkan DPR Senin lalu melahirkan kekhawatiran sekaligus harapan, meski
kecil kemungkinan untuk mencari para koruptor yang membawa lari keluar negeri
misalnya ke Singapura. Bak sebuah cerita film mission imposible, intelejen kita
diberi tugas membawa pulang para koruptor sekaligus uang hasil kejahatannya,
tak perlu menghiraukan perjanjian ekstradisi karena memang Singapura tidak
berniat meratifikasinya. Culik dan bawa pulang ke Indonesia, marahkan
Singapura ?. Tak usah khawatir, kerja intelejen adalah kerja rahasia tanpa
meninggalkan jejak. Seperti itulah gambaran masyarakat awam tentang dunia
intelejen yang tentunya dunia intelejen versi layar lebar atau kisah kesuksesan
sebuah missi intelejen yang dibukukan. Namun seperti apa dan untuk apa
sesungguhnya dibentuk dinas intelejen adalah untuk menggali informasi kelemahan
lawan atau bahkan sekaligus mematikan gerak lawan . Sebagaimana kisah
Elie Cohen, seorag agen intelejen Israel yang mampu menyusup menjadi seorang
politikus Suriah dan nyaris menjadi pemimpin negeri ini dan menjadi cerita
sukses intelejen Israel dibaling kemenangan peperangan.
Dengan
berbagai kelemahannya, UU Intelijen diakui merupakan terobosan baru karena
sejak Indonesia merdeka, intelijen bergerak sendiri tanpa pengawasan ketat oleh
rakyat melalui mekanisme DPR. Namun kedepan, ada harapan bangsa ini memiliki
satuan intelejen sekelas KGB, CIA atau Mossad walaupun, mungkin saja negeri ini
tidak terlalu riskan dengan keamanan negara dari rongrongan musuh dari luar
kecuali perang yang lebih canggih lagi, yaitu perang ekonomi.Namun celakanya
jika satuan intelejen itu ditugaskan untuk memata2i rakyat, pastinya akan
menimbulkan ketakutan. Dalam praktik intelejen dunia internasional, umumnya dinas
intelijen memainkan peranan penting untuk memenangkan kepentingan nasional
masing-masing negara. Pekerjaanya tidak hanya mengumpulkan informasi rahasia
tingkat tinggi, tetapi sekaligus melumpuhkan lawan dalam perang intelijen, baik
lewat kontak fisik atau pun tidak. Dalam skala global, elite intelijen dunia
yang ditakuti masih dipegang oleh dinas rahasia Mossad (Israel) dan CIA
(Amerika Serikat). Beberapa agen spionase lain yang masih membuat merinding
seperti FSB (Rusia), M-16 yang melahirkan tokoh fiktif James Bond (Inggris) dan
MSS (RRC).
Agensi
tersebut ditakuti karena tingkat disiplin tinggi menyelesaikan misi, dukungan
logistik, jaringan informasi, kemapanan struktur institusional hingga kekuatan
diplomasi negara masing-masing di kancah global. Lalu kita bertanya, kita
sering menjumpai orang2 yang mengaku intel, baik itu intel Kodim, Intel Polres,
Intel Kejaksaan padahal pekerjaan intelejen adalah kerja rahasia. Bahkan, kita
juga sering melihat kendaraan tertempel stiker keluarga besar intel.
Semua yanng kita jumpai tersebut adalah terkait struktur dan jabatan. Artinya,
intelejen yang sesugguhnya tidak akan dikenali sebagai syarat mutlak yang harus
dipegang teguh oleh para agen dinas rahasia.
Berlangsungnya
perang dingin antara Blok Timur yang komunis dan Blok Barat yang leberal,
selepas terjadinya pemberontakan G 30 S PKI, Indonesia dibawah rezim Orde Baru
mengambil garis politik anti komunis. Ada dugaan bahwa pemberontakan PKI
tersebut memang didalangi oleh agen Blok Barat sebagai landasan garis politik
anti komunis itu. Sebelumnya Indonesia lebih condong ke Blok Timur pada
era Presiden Sukarno dimana dengan supply peralatan militer dari Uni Soviet,
Indonesia memiliki angkatan perang yang kuat. Belakangan peralatan
militer canggih Uni Soviet tak terurus karena kesulitan biaya perawatan dan
suku cadang. Beralihnya peggunaan peralatan buatan blok barat juga berakhir
sama akibat krisis moneter dan embargo suku cadang. Kini Indonesia melakukan
diversifikasi peralatan militernya, sebagian kembali menggunakan peralatan
buatan Russia seperti pesawat tempur Mig dan helikopter, Berubahnya penggunaan
peralatan tempur tersebut tidak seperti penggunaan peralatan rumah tangga,
sebuah proses politik global yang melibatkan kerja agen rahasia dalam
penentuan penjualan senjata kepada Indonesia.
Indonesia
sebagai negara yang mayoritas penduduknya penganut ajaran Islam, sangat masuk
akal jika tidak dikehendaki menjadi negara kuat oleh negara Barat. Sebaliknya,
juga tidak boleh terjadi disentegrasi guna mengendalikan gerakan Islam garis
keras. Sebuah kemugkinan yang dilakukan oleh agen rahasia dalam
menciptakan perlawanan terhadap pemerintahan Indonesia sendiri dimana
Indonesia akan melakukan penumpasan dengan bantuan senjata dari negara
barat. Namun apakah kemungkinan tersebut dapat dibuktikan ?.
Tentunya hasil kerja agen rahasia tidak dapat dibuktikan.
Dia itu
intel, seperti itu kira2 bisikan para mahasiwa terhadap orang yang dicurigai
dalam sebuah rencana demonstrasi. Bisikan dan kecurigaan oleh kalangan
mahasiswa tersebut sudah menjadi cerita keseharian para mahasiswa seperti
cerita tentang tekek pada masa lalu. Secara sederhana dalam pengendalian
keamanan memang bisa saja agen rahasia membaur dikalangan mahasiswa dan mudah
dikenali. Namun, dalam dunia intelejen bukan hanya menyangkut keamanan, bisa
saja menyangkut ekonomi dan tehnologi atau apa saja. Katakanlah kehancuran
ekonomi Indonesia pada akhir era orde baru adalah hasil kerja para agen
rahasia. Mungkinkah ?. Sangat mungkin seprti itu, sebab para ekspatriat
yang bekerja di Indonesia bisa saja adalah para agen rahasia yang dikirim untuk
mencuri data kemampuan keuangan Indonesia dengan dalih untuk melakukan
pendataan kebutuhan pembangunan. Memasuki data keuangan Indonesia, sabotase
ekonomi dapat dilakukan dengan pengaturan jumlah pinjaman dan termnya.
Saat pencairan pinjaman luar negeri, rupiah akan menguat, saran adalah
devaluasi mata uang rupiah. Pada saat jatuh tempo, rupiah melemah karena
permintaan mata uang asing meningkat, saran adalah intervensi pasar
uang. Jika intervensi pasar uang tidak mampu mengerem merosotnya nilai
rupiah dan terjadi kepanikan dalam masyarakat, perebutan mata usang asing yang
diikuti masyarakat secara langsung akan ikut menekan mata uang rupiah.
Kondisi seperti itu memang terjadi tahun 1998, yang terhantam pertama kali
adalah bank devisa. Hancurnya perbankan berimbas kesegala lini
ekonomi dan seperti kita ketahui menyebabkan berakhirnya kekuasaan orde
baru. Bisa saja, sabotase ekonomi itu adalah untuk sasaran mengganti rezim
Suharto karena berakhirnya perang dingin dimana Indonesia tidak dibutuhkan lagi
sebagai pembendung pengaruh komunis. Pertunjukkan berakhir
dan Indonesia didikte oleh negara barat karena terikat hutang.
“Saya ini
Intelejen”, seperti itu hanyalah pengakuan untuk gagah2an, tetapi bisa jadi
sebagai bentuk pengalihan perhatian kerja agen rahasia negeri ini. Namun,
sesungguhnya undang2 intelejen yang disahkan DPR itu diharapkan digunakan untuk
kepentingan bangsa ini, bukan membuat ketakutan terhadap penguasa.
(Sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
siapa saja yg punya usul agar blog ini lebih baik lagi.